Sabtu, 24 Agustus 2013

Malam (1)

Usai Senja, pergantian hari pun dimulai pekat yang sunyi menemani boleh jadi, karena pada malam itu ada berjuta tafsir tergantung yang melaluinya (suasana hati). Tapi  malam itu memang dijadikan untuk beristirahat segenap jiwa dan raga, bermunajat segenap jiwa dan raga juga. sebait syair nasyid Izzatul Islam Lembayung

"malam pekat dan kelam awan mengunung hitam, 
menyelubungi pesona negeri indah rupawan"

Bagaimana kita merubah pekat itu menjadi cahaya, bagaimana kita merubah kelam itu jadi benderang..? apa harus tunggu mentari ?  iya.. tapi bagaimana kita mengukir malam itu agar cahaya hadir dalam jiwa, agar benderang hadir dalam menggapai harapan, tentunya dengan beristirahat agar semua tubuh segar dan matang menjalani esok hari, tentunya juga dengan munajat, minta cahaya padaNya,  mengemislah padaNya agar jiwa semakin terang, benderang dan malam itu akan tetap bercahaya walaupun pekat dan kelam(**)

Kamis, 01 Agustus 2013

DELAPAN PUISI TENTANG EMBUN

EMBUN 1

embun
Hanya ku temukan embun pagi
Saat ku buka jendela ini
Yang menempel sendiri
Menggantung pada selembar daun
Entah kuat berapa lama
Tangan ini memegang ujung daun ini
Entah berapa kali lagi
Tiupan bayu melepaskan genggamannya
Kemudian jatuh bumi kering tandus
Terhisap habis tanah rakus
Atau berapa lama dia tahan
Dihisap panas terik surya
Menguapkannya lenyap tak bersisa.

EMBUN 2
Aku sudah menjalani laku tapa ribuan tahun
Hanya ingin bisa terbang laksana camar
Ingin ku jumpai daunku
Yang lalu menjelma mimpi dalam tiap malamku
Menumbuhkan rindu
Menjelma merapi membakar hati
Menimbulkan cinta
Menjelma gempa getar semua

EMBUN 3

Aku sudah bertanya pada tiap biduk yang ku jumpa
Aku teriaki burung yang melintas diatasku
Aku tanya semua pantai, teluk, karang dan ikan
Aku bujuki terumbu supaya mereka cerita tentang daunku
Semua menjawab:
Bertanyalah pada matahari
Dia akan meleburmu
Dan dia akan meminta pada angin
Untuk menghantarmu ke daun tercintamu
Semoga kau selamat sampai disana
Semoga kau diterima sebagai sang pecinta

EMBUN 4
Aku sudah berubah jadi kabut semalam
Sekarang akan ku telusuri rimba ini
Akan ku cari daun jelita dalam mimpiku
Kubawa kado diriku
Untuk ku persembahkan padanya utuh
Akulah sang pecinta tanpa pamrih apa-apa
Semoga bisa diterima
EMBUN 5
Akhirnya kutemukan juga daunku
Setelah hampir putus asa
Tersaruk-saruk desak pohon
Tersaruk-saruk tampar ranting
Menyibak ilalang dan belukar
Akhirnya ku temukan juga dia
Aku pegang tanpa mau terlepas
Aku dekap dengan segenap kehangatan tersisa
Meski sepertinya dia peduli hampa

EMBUN 6
Sudah ribuan kali dia memohon pada sang daun
Hisaplah aku, telan saja mentah-mentah
Karena aku lebih mencintaimu
Daripada tanah yang serakah
Atau matahari yang merah

EMBUN 7
Ini upaya terakhirku agar berguna untukmu
Sudah ku rayu semua teman kabutku
Untuk bersatu menjadi air
Agar berguna untukmu
Rupanya mereka lebih memilih menjadi kabut
Hingga bisa melayang
Memang aku bukan perayu
Aku tak mampu menjadi perayu
Hanya sunggingan yang selalu kudapat
Jika ku utarakan maksudku pada teman kabutku
Aku ingin mempersembahkan diriku untukmu daunku
Aku ingin memiliki arti untukmu cintaku
Meskipun hanya setetes
Jangan kau siakan pengorbananku

EMBUN 8
Aku tak kuasa mendengar
Ratapan embun pada daunnya
Seketika kututup lagi jendela
Dan kutemukan diriku
Menjelma uap air yang menempel dikacanya
===888====
Yogyakarta, 23 November 2008


Arsip Blog

Somalia (1)

anak somalia sedang antri/ REUTERS Somalia.. jeritanmu telah lenyap oleh tandus dan gersang jiwa pengkhia...

Pages